BUKU KARYA PARA TKW DILUNCURKAN DI HONG KONG
BUKU KARYA PARA TKW DILUNCURKAN DI HONG KONG
Taufiq Ismail: “Buku ini mendobrak sejarah sastra di Indonesia!”
18 September lalu bertempat di Masjid Jami’ Tsim
Sha Tsui, Kowloon, Hongkong, digelar acara Peluncuran Buku:
Hongkong, Namaku Peri Cinta (Lingkar Pena Publishing House 2005), karya tujuh perempuan penulis yang tergabung dalam
Forum Lingkar Pena Wilayah Hongkong. Ketujuh perempuan penulis tersebut adalah: Andina Respati, Fia Rosa, Ikrima
Ghaniy, Rof, S. Aisyah Z., Syifa Aulia dan Winna Karnie. Mereka semua merupakan TKW Indonesia di Hongkong dan
hampir semuanya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga.
“Buku ini mendobrak sejarah penulisan cerpen di Indonesia!” kata Taufiq Ismail di depan sekitar seribu hadirin
yang memenuhi aula masjid. “Tujuh pengarang muda perempuan kita, seluruhnya pekerja imigran di Hong
Kong, merekam duka derita mereka direndahkan, diremehkan, didiskriminasi. Ketabahan mereka luar biasa. Cita-cita
mereka sederhana: meningkatkan derajat kemanusiaan, menghilangkan energi negatif, mengobati stress dan mendekatkan diri
pada Tuhan. Ketujuh pengarang baru ini mewakili beribu-ribu nasib rekannya di seluruh dunia. Salut saya yang sangat tinggi
untuk mereka!”
Helvy Tiana Rosa, sastrawati pendiri FLP yang juga hadir bahkan tak mampu membendung airmatanya
saat membacakan esai karyanya mengenai FLP Hongkong, berjudul: “Cerita Indah Tentang Tekad” yang terdapat dalam
buku barunya: Risalah Cinta (LPPH 2005). Ibu penyair cilik Abdurahman Faiz itu sempat membuat para TKW lain yang hadir
turut meneteskan airmata. Pada kesempatan tersebut Helvy berkata bahwa sudah saatnya kegiatan membaca dan menulis menjadi
budaya tiap orang, siapa pun dan darimana mereka berasal.
Buku: Hongkong, Namaku Peri Cinta, yang memuat 12 cerpen,
bukanlah buku yang tiba-tiba diterbitkan. Proses penerbitannya bahkan memakan waktu sekitar satu tahun. Sebelumnya,
cerpenis dan novelis Asma Nadia juga telah terbang ke Hong Kong untuk memberi pelatihan
penulisan pada mereka. Cerpen-cerpen yang dimuat dalam buku tersebut sebagian besar bercerita mengenai tokoh pembantu
rumah tangga di Hong Kong. Namun ada juga beberapa cerpen tentang cinta dan pernikahan.
Helvy turut menulis sebuah cerpen tamu berjudul “Peri Biru”. Cerpen tersebut berkisah tentang seorang pembantu
rumah tangga yang ingin menjadi seorang penulis. “Cerpen saya dalam buku ini ternyata tidak lebih bagus lho dari
cerpen teman-teman FLP Hong Kong!” tutur Dosen Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Jakarta itu dengan wajah berseri.
“Jadi kalau teman-teman FLP HK ditanya, apa
profesi kalian, sekarang kalian bisa bilang: Penulis!” kata Helvy semangat di depan forum. “Dan kalau ditanyakan, apa
hobi kalian, kalian jawab: membantu orang!” lanjutnya lagi diiringi tepukan meriah dari mereka yang hadir.
FLP
Hong Kong berdiri Februari 2004, menambah daftar FLP Wilayah dan Cabang yang telah ada di lebih dari 120 kota di Indonesia
dan mancanegara. Organisasi yang didirikan pertama kali 22 Februari 1997 oleh Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia dan Muthmainnah
tersebut kini beranggotakan lebih dari 5000 orang. Sejak tahun 1997 hingga sekarang lebih dari 400 buku karya para anggota telah
diterbitkan oleh 20 penerbit yang menjadi mitra FLP. Setiap minggu atau setiap bulan FLP di berbagai wilayah, cabang
maupun ranting mengadakan berbagai kegiatan. Mereka juga mengelola Rumah Cahaya (Rumah baCA dan HAsilkan karYA) yang
rencananya secara bertahap didirikan di berbagai FLP Wilayah. M. Irfan Hidayatullah, cerpenis dan Dosen Bahasa dan Sastra UNPAD
pada Munas FLP Februari 2005 terplih sebagai Ketua Umum FLP Pusat menggantikan Helvy.
Selain meluncurkan bukunya,
pada hari itu FLP Hong Kong juga mengumumkan para pemenang sayembara cerpen, khusus buruh migran Indonesia di Hong Kong.
Sayembara ini merupakan program tahunan FLP Hong Kong. Keluar sebagai Juara I: Swastika Mahartika, Juara II: Lik Kismawati,
Juara III: Ikrima Ghaniy. Sedang Lintang Trisna, Andina Respati, menjadi Juara Harapan I dan II. Harapan III diraih
lagi oleh Ikrima Ghaniy dan Lik Kismawati.
Pada acara tersebut, hadir pula Abdul Malik dari Depnaker yang menyampaikan
salam dan hadiah sebuah laptop dari Menaker Fahmi Idris, bagi FLP Hongkong.
“Kami terharu,” kata Cholifah
alias Syifa`Aulia , Ketua FLP Hong Kong yang mengaku hingga kini organisasinya belum memiliki sekretariat. “Belum
punya dana,” katanya lagi seraya menambahkan Garuda Indonesia
telah membantu mendatangkan pembicara dari Jakarta. Sebelum
Cholifah, Endang Pratiwi dan Susanna Dewi tercatat pernah menjadi Ketua FLP Hong Kong, namun kini keduanya telah kembali
ke Indonesia.
Sementara itu, Helvy
akan berada di Hong Kong sampai tgl 26 September. Tanggal 25 September ia masih dijadwalkan
mengisi workshop penulisan fiksi bagi para TKW Indonesia di Kowloon City University. (WK/ IF)
This text will describe the picture above.
If someone other than me has written an article, I'll be sure to include a byline at the bottom.
This article contributed by Jane Turner.
|